Sabtu, 17 November 2012

JLo dan SRK Datang, Indonesia Aman?

Bom atom kau ledakkan, semua jadi berantakan
Bingung, bingung, ku memikirnya
-- "Perdamaian'' Nasyida Ria


APA jadinya kalau dua megabintang dunia datang ke Indonesia? Pasti seru, dan ini tentu kabar gembira bagi para penggemar musik dan hiburan di tanah air. Jenifer Lopez (JLo), diva pop Amerika, dan Shah Rukh Khan (SRK), aktor Bollywood/India masa kini, bakal konser di sini. JLo konser di Jakarta pada 30 November, sedangkan SRK  manggung di Sentul, Jawa Barat, pada 8 Desember. 

JLo dan SRK bukan satu-satunya artis dunia yang tampil di Indonesia. Sebelumnya, beberapa artis penyanyi dan pemusik top mancanegara juga pernah manggung di sini. Sebutah misalnya Katy Perry, Beyonce, Justin Bieber, Phil Collins, supergrup Metallica, Air Suply, The Corrs, serta puluhan musisi jazz yang meramaikan hajatan rutin Java Jazz. 

Kedatangan mereka tidak bisa dipandang hanya sebagai kemajuan industri pertunjukan di tanah air. Tapi juga, menjadi gambaran tingkat keamanan dan stabilitas politik nasional. Terutama kaitannya dengan terorisme. Suatu masa, di tahun 2000-an, banyak artis dunia membatalkan konsernya di Indonesia lantaran di sini banyak aksi-aksi pengeboman. Ada pengeboman di Bali, di Kedubes Filipina, di Kedubes Australia, dan di hotel JW Marriot. Berbagai aksi teror itu langsung menimbulkan stigma negatif: Indonesia tidak aman! Mana mungkin mereka mau datang dan konser, kalau keselamatan diri dan para penonton terancam. Lebih baik dibatalkan.

Stigma negatif itu tentu amat merugikan Indonesia. Termasuk pula merosotnya jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke sini. Apalagi negara-negara seperti Amerika dan Australia, mengeluarkan travel warning  bagi warganya yang sedang atau akan ke Indonesia. Yang sedang berwisata bergegas pulang, yang siap-siap datang langsung mengurungkan keberangkatan. Begitu dahsyat efek terorisme, membuat banyak kalangan takut dan tidak berani beraktivitas. Terorisme melumpuhkan kehidupan.

Syukurlah, dalam 3-5 tahun terakhir ini aksi-aksi pengeboman relatif mulai surut. Meski sesekali ada aksi peledakan, namun terbilang tidak besar dari sisi ledakan dan jumlah korban. Tim Densus 88 masih bisa mengatasinya. Kondisi yang membaik ini tak terlepas dari keberhasilan Densus yang sudah menembak mati gembong teroris Dr Azahari di Kota Batu, Malang,  dan kemudian juga tewasnya Noordin M Top dalam aksi penyerbuan di Jawa Tengah, beberapa tahun lalu.   

Meski begitu, Indonesia belum 100 persen aman. Buktinya sebulan lalu aksi pengeboman masih muncul di Solo. Beberapa bom rakitan yang siap diledakkan juga ditemukan polisi di beberapa rumah kontrakan di Jakarta. Sejumlah terduga teroris yang siap beraksi juga berhasil dibekuk. Artinya, tetap dibutuhkan kewaspadaan, sebab aksi-aksi terorisme selalu muncul tanpa diduga-duga. Dari banyak kasus pengeboman yang pernah terjadi, semuanya tanpa didahului (misalnya) ancaman lewat telepon gelap. Bom itu tiba-tiba saja meledak.

Siapa sangka misalnya tetangga sebelah rumah Anda, yang pendiam dan tidak banyak gaul, ternyata adalah teroris. Ia mungkin tidak menganiaya Anda, tapi sudah siap meledakkan bom rakitannya di tempat lain. Maka, seperti sering diingatkan oleh Bang Napi, waspadalah... waspadalah.... waspadalah....

Kebon Jeruk, 18 November 2012
ZHM




Tidak ada komentar:

Posting Komentar