Selasa, 13 November 2012

Menolak Kongkalikong, Setan Pasti Kalah!

Lebih baik mencegah kejahatan daripada menghukumnya
--Cesare Beccaria, Politisi Italia (1738-1794)

BASUKI Tjahaja Purnama alias Ahok bukanlah Dahlan Iskan. Dia hanya seorang pejabat lokal, Wakil Gubernur DKI Jakarta. Tetapi dia telah melakukan sesuatu yang kurang lebih sama. Yakni: memberantas praktik kongkalikong pejabat dalam penyusunan maupun penggunaan anggaran pembangunan. Dahlan menguak kasus upeti yang diminta sejumlah oknum anggota DPR terhadap BUMN. Sedangkan Ahok menolak kemungkinan mark up anggaran di Dinas PU (Pekerjaan Umum) DKI Jakarta. 

Apa sebetulnya yang dilakukan Ahok? Begini ceritanya: Kamis 8 November 2012,  Ahok menggelar rapat anggaran bersama Dinas PU DKI di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan. Dalam rapat tersebut, rupanya masih ada kebiasaan lama. Salah seorang pejabat Dinas PU meminta poin-poin yang belum disetujui agar diberi tanda bintang. Apa yang terjadi?

Ternyata Ahok menolak bahkan marah. ''Nggak usah kasih bintang Pak. Ini bukan DPR. Kayak di komisi DPR saja. Saya sudah biasa Pak, bintang-bintang begitu di komisi. Capek sudah 2,5 tahun ngurusin bintang-bintang itu. Coret-coret saja kalau Bapak setuju (menghilangkan program),'' katanya serius. Ahok yang mantan anggota DPR itu paham betul bahwa tanda bintang adalah sinyal bahwa program tersebut harus ada pembahasan khusus. Padahal mungkin tidak perlu, mengada-ada, sehingga anggaran atau dananya bisa ''dimainkan.'' Lewat program yang diberi tanda bintang itulah sang pejabat mencari celah untuk kongkalikong, yang ujung-ujungnya ya korupsi.

Ahok mempertanyakan sekaligus mengeritik beberapa program yang diajukan Dinas PU itu sebetulnya tidak penting. Bahkan anggaran yang diajukan pun terlampau besar, sangat tidak realistis. Karena itu dia langsung memerintahkan semua itu dihapus. Singkat cerita, begitu banyak hal yang tidak penting dianggarkan Dinas PU yang bisa menimbulkan kerawanan diselewengkan atau dikorup. Makanya, Ahok agak sewot sehingga rapat itu berlangsung agak tegang.

Celakanya, rapat tersebut direkam dan videonya di-apload oleh Pemprov DKI ke situs Youtube. Dalam sekejap, video yang berdurasi 46 menit itu langsung tersebar luas lewat media jejaring sosial seperti facebook, twitter, dan BBM. Ketahuanlah bahwa para pejabat Dinas PU seakan ingin main kongkalikong dalam penyusunan anggaran. Untunglah Wagub Ahok tidak bisa diajak kompromi. Nehi, nehi, nehi, begitu kira-kira kata pria keturunan etnis Tionghoa itu dalam logat bahasa India.

Tindakan Ahok kelihatannya sepele, padahal sesungguhnya penting untuk memberantas budaya kongkalikong yang sudah mentradisi di lembaga-lembaga birokrasi dalam hal ini di jajaran pejabat Pemprov DKI. Kongkalikong, apalagi menyangkut anggaran atau uang negara, arahnya jelas. Sangat negatif. Kemungkinan terjadinya penggelembungan dana, yang sebagian bisa jadi lahan korupsi. Ahok berusaha melawan peluang ke arah itu. Dengan caranya sendiri, dia mencegahnya.

Di tengah merajalelanya kasus-kasus korupsi, negara ini membutuhkan pejabat yang berani menangkis  ''bisikan dan rayuan setan.'' Yaitu pejabat yang tidak bisa diajak kompromi, tapi malah secara proaktif menolak serta membongkar praktik dan perilaku korupsi. Orang seperti mereka mungkin tidak disukai di  kalangan pejabat bermental jahat maupun oleh mitra-mitra kerjanya, karena dianggap mengganggu bahkan mengancam. Seperti Dahlan mendapat serangan balik dari sejumlah besar anggota DPR.

Orang seperti mereka juga langka. Sebab tidak mudah untuk melakukan tindakan semacam itu. Selain karena ketulusan, panggilan nurani, tanggung jawab moral, juga nyali besar alias keberanian. Banyak pejabat yang anti korupsi, tapi tak berani mencegah bahkan memberantasnya dengan tindakan nyata. Dahlan dan Ahok setidaknya sudah mencobanya. Semoga pejabat lain tertular melakukan hal serupa; berlomba menciptakan birokrasi yang bersih dari korupsi.

Jangan lagi menganggap tindakan mereka itu sebagai cari sensasi. Jangan pula menilainya sebagai politik pencitraan. Boleh jadi mereka melakukan itu dengan penuh kesungguhan. Tindakan mereka positif dan baik. Juga membangkitkan kesadaran semua orang: oh ternyata kejahatan bisa dilawan. Kalau setiap pejabat mau memerangi kejahatan kekuasaan, maka kata Rhoma Irama dalam lagunya: setan pasti kalah...! 

Kebon Jeruk, 14 November 2012 
ZHM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar