Rabu, 07 November 2012

Obama, Dahlan, Jokowi, Siapa Lagi?

Leadership and learning are
indispensable to teach other
---JOHN F KENNEDY


OBAMA menang lagi. Obama unggul lagi. Obama Presiden lagi. Hasil Pilpres yang berlangsung kemarin, jagoan Partai Demokrat itu mengalahkan Mitt Romney dari Partai Republik. Memang tidak menang telak, tapi nyata-nyata lawannya telah kalah. Maka, untuk kali kedua, Obama yang berkulit hitam itu berhak menghuni Gedung Putih. Kemenangan Obama disambut sukacita para pendukungnya. Dari rasa lega, gembira, tepuk tangan, hingga airmata keharuan.

Mengapa Obama menang kita pun ikut senang? Tentu saja karena kita memiliki kedekatan emosional. Dulu Obama kecil pernah bersekolah di SDN 01 Menteng, Jakarta Pusat. Hingga kemudian banyak orang Indonesia menyebutnya ''si anak Menteng.'' Nostalgia itu pula yang dibangkitkan saat Obama berkunjung ke sini, dua tahun lalu. ''Nasi goreng, emping, semuanya enak,'' kata Obama sembari tertawa saat menghadiri jamuan makan malam di Istana Negara, untuk menunjukkan bahwa dirinya amat familiar dengan orang Indonesia.

Tapi, proximity (kedekatan) kita dengan Obama bukan semata-mata karena itu. Melainkan pula karena kepemimpinannya, yakni: orang muda, bersih,  dan mengusung perubahan. Pemimpin macam inilah yang sedang dibutuhkan di banyak negara termasuk Indonesia. Makanya, Obama disambut hangat publik dunia ketika dia  menang dalam Pilpres Amerika empat tahun silam, dan juga sekarang. Dengan slogan khasnya Yes We Can, Obama menampilkan sosok pemimpin muda yang enerjik, mau bekerja, dan melakukan perubahan. Virus leadership macam inilah yang disuka. Dunia sudah muak dengan para pemimpin dan penguasa yang cuma pandai beretorika. Dunia mencari dan memilih pemimpin yang action, bekerja, membuka harapan, dan menciptakan perubahan.

Di Indonesia, memang tidak ada Obama. Tetapi telah muncul beberapa tokoh muda yang setidaknya punya spirit sama. Sebutlah misalnya Dahlan Iskan. Tokoh enerjik ini suka bekerja, bahkan hidupnya menjadi lebih hidup dengan bekerja. Dari seorang jurnalis, dia kemudian dipercaya memimpin PLN (Perusahaan Listrik Negara) dan sekarang menjadi Menneg BUMN (Badan Usaha Milik Negara). Beberapa terobosan sudah dilakukan Dahlan, misalnya menyelamatkan beberapa perusahaan negara yang nyaris bangkrut. Dahlan pula yang menularkan gairah kerja di jajaran kabinet, terutama dengan speed dan gaya egaliternya. Dia mengubah etos kerja yang kaku menjadi cair dan kreatif serta mengubah birokrasi yang berbelit menjadi simpel. Dahlan pula yang menyadarkan banyak orang, bahwa selalu ada harapan (hope) di tengah kesulitan.

Kemudian sebut pula nama Joko Widodo (Jokowi). Sukses menjadi Walikota Solo, meningkat menjadi Gubernur DKI Jakarta saat ini. Apa yang dilakukan Jokowi? Banyak. Menyederhanakan birokrasi di tingkat pemerintahan kota dan provinsi. Mempercepat pelayanan publik. Mengatasi masalah pembangunan tanpa konflik. Dan, mengelola keuangan pemerintah bebas dari korupsi. Itu berkat kesederhanaan, ketulusan dan kejujuran seorang Jokowi.

Lantas, siapa lagi? Sebutlah juga Jusuf Kalla (JK). Meski dia mantan Wapres, tapi masih terus bekerja dan masih ada harapan memimpin bangsa. Saat ini dia menjadi Ketua PMI (Palang Merah Indonesia), lembaga kemanusiaan yang cukup penting. Kontribusi JK bagi bangsa ini adalah: mendamaikan banyak konflik antarsuku bangsa di negeri ini misalnya di Aceh dan Poso. JK memang spesialis juru damai yang andal. Cara bekerjanya cepat, tanpa ragu,  dan memudahkan masalah yang pelik.

Tokoh lain yang juga layak dicatat adalah Mahfud MD (Ketua MK) dan Abraham Samad (Ketua KPK). Kedua tokoh ini masih punya komitmen dan integritas tinggi dalam menegakkan hukum. Jujur dan bersih. Peran mereka amat penting, ketika para penegak hukum lainnya mudah goyah karena godaan rupiah. Ada harapan kedua orang ini pun bisa membawa perubahan bagi Indonesia, terutama dalam penegakan hukum demi Indonesia yang lebih baik.

Di antara mereka ada benang merahnya: saling menghargai, saling menginspirasi, dan mau saling belajar satu dengan yang lain.

Ya, saatnya orang-orang seperti mereka tampil di depan. Memimpin bangsa. Mengubah Indonesia. Yang cuma omdo -- omong doang -- segera lengser ke barisan paling belakang !

Jakarta, 8 November 2012
ZHM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar