Rabu, 26 Desember 2012

Anak-Cucu ''Orang Gedean''

Anakmu bukanlah milikmu / mereka adalah 
putra putri sang Hidup / yang rindu akan dirinya sendiri
--Kahlil Gibran, penyair Libanon


Telah lahir seorang bayi
Jenis kelamin: Laki-laki
Berat: 3,35 kilogram.
Panjang: 50 centimeter.
Tempat/tanggal lahir: RS Pondok Indah, 24 Desember 2012
Namanya: Airlangga Satriadhi Yudhoyono

SEJAK kemarin hingga hari ini bayi tersebut sudah masuk tayangan televisi dan fotonya juga dimuat di koran-koran. Dalam posisi digendong oleh sang nenek, didampingi ibu dan ayahnya, bayi berambut hitam tebal itu diboyong ke sebuah rumah di Kompleks Perumahan Puri Cikeas, Bogor. Sang bayi telah jadi pusat perhatian dan pemberitaan di republik ini. Tak kalah menariknya dibanding berita banjir dan kasus korupsi yang mengisi banyak media hari-hari menjelang tutup tahun 2012 ini.

Itulah bayi milik pasangan Eddy Baskoro Yudhoyono (Ibas) dan Alya Radjasa. Bagi Presiden SBY, sang bayi merupakan cucu kedua. Sedangkan bagi Hatta Radjasa (Menko Perekonomian) bayi tersebut merupakan cucu pertama. Alhasil, Airlangga otomatis menjadi ''bayi politik'' dari hubungan besan kedua pejabat tinggi negara itu. 

Jangan heran kalau kelahiran Airlangga menjadi bahan dan pusat pemberitaan. The name make news, begitu salah satu rumus dalam jurnalisme. Orang-orang terkenal selalu menjadi berita sekaligus menciptakan berita (news). Seperti juga anak-anak artis, Airlangga pun terlahir dari orang terkenal: ayahnya putra seorang presiden,  sedang berkuasa pula, dan ibunya pun putri seorang menteri - masih menjabat pula. Maka layak dan pantaslah bila wajah Airlangga mejeng di hampir semua media di Indonesia. 

Bahkan tak berhenti di situ. Berita tentang Airlangga kemungkinan besar akan berlanjut. Nanti tatkala rambutnya dicukur, juga akan jadi berita. Kemudian saat misalnya dibawa ke rumah kakek dan neneknya yang satu lagi (rumah Hatta Radjasa), pun bakal jadi berita. Apalagi kalau Airlangga sudah mencapai usia setahun dan berulang tahun, pastilah wajahnya akan disorot kamera televisi serta fotonya mejeng di koran-koran. Seperti juga sebelumnya, cucu Presiden SBY yang berasal dari pasangan Annisa Pohan-Agus Yudhoyono.

Itu sudah lumrah. Anak-anak dan cucu-cucu ''orang gedean'' seperti presiden senantiasa menjadi berita. Bukan cuma terjadi pada Presiden SBY. Hal yang sama juga berlaku dulu bagi anak dan cucu Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, Presiden BJ Habibie, Presiden Gus Dur, dan Presiden Megawati. Anak, cucu, dan cicitnya sering diberitakan media. Malah kadang tidak kalah hebohnya dibanding berita mereka. Dan, ini merupakan kelaziman bagi kaum jetset di mancanegara. Hal sepele yang terkait kehidupan mereka pun sering jadi berita. 

Publik tentu tertarik dengan sajian informasi macam itu. Tetapi harus diingat pula jangan melampaui batas kewajaran. Orang akan sinis bila berita anak dan cucu ''orang gedean'' itu disajikan over expose alias terlalu berlebihan. Lebay, kata anak-anak muda zaman sekarang. Misalnya terus-menerus ditayangkan di televisi; pagi, siang, malam, bahkan hingga pagi lagi. Seolah tidak ada berita penting lainnya. Padahal publik memerlukan informasi lainnya yang terkait dengan kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Apalagi jika dalam pemberitaan anak-cucu ''orang gedean'' itu dipamerkan pula harta benda serta gaya hidup glamour keluarga mereka, itu bisa menimbulkan kecemburuan sosial. Keluarga presiden bisa dicap kurang memiliki sense of crisis. Kemarin saja saat Presiden SBY dan keluarga menjemput Airlangga di RS Pondok Indah, muncul suara-suara nyinyir. ''Bukannya mengunjungi korban-korban banjir yang meninggal, SBY malah menengok cucu barunya. Dahulukan kepentingan rakyat dong Pak daripada kepentingan pribadi dan keluarga,'' begitu komentar masyarakat lewat media jejaring sosial twitter.

Pos Pengumben, 27 Desember 2012
ZHM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar