Minggu, 09 Desember 2012

Spanduk Raksasa "Berani Jujur Hebat!"

Orang yang meraih jabatan dengan cara membeli
akan meminta uangnya kembali saat menjabat
--Mario Teguh, motivator 

DI Indonesia, boleh jadi orang jujur kini mulai langka. Kejujuran pun menjadi mahal harganya. Saking langka dan mahalnya, maka orang-orang yang berani jujur bakal dikategorikan sebagai orang hebat. Itulah message utama dari spanduk besar bertuliskan: BERANI JUJUR HEBAT! 

Apakah Anda sudah melihatnya? 

Spanduk raksasa tersebut sudah sejak sebulan lalu membungkus sebagian gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Lantas, sepekan yang lalu juga sudah terpasang di sisi gedung Markas Besar (Mabes) Polri. Dan kemarin (9/12), saat peringatan Hari Antikorupsi Sedunia, juga dipasang di dinding Gedung Balaikota DKI Jakarta. Gubernur Jokowi menyaksikan langsung pemasangan spanduk berukuran jumbo itu. 

Bayangkan, seandainya semua gedung institusi pemerintah -- khususnya di Jakarta -- seperti: gedung MPR/DPR, gedung Kejaksaan Agung, gedung Mahkamah Agung, gedung Pengadilan, gedung Kementerian, Istana Negara, gedung BPK, serta gedung-gedung milik swasta memasang spanduk tersebut, maka wajah Ibukota bakal penuh dengan spanduk raksasa itu. Orang-orang di Jakarta pun dengan mudah membaca dan sekaligus diingatkan bahwa: Berani Jujur Hebat!

Ini memang cuma gerakan moral. Tapi terasa cukup menghentak. Kenapa? Selain spanduknya berukuran tidak biasa alias besar, tagline-nya juga menantang. Terkesan bahwa semua orang tidak berani berbuat jujur. Semua orang cenderung berlaku curang. Dan itu dianggap tidak hebat. Makanya, barangsiapa yang berani jujur, dia orang hebat! Sebuah slogan yang cukup persuasif mempengaruhi publik. Sebuah kampanye yang cukup baik dalam upaya mencegah dan memerangi korupsi di Indonesia.

Harus diakui, maraknya kasus korupsi di negeri ini berpangkal pada ketidakjujuran. Para pelaku tindak pidana korupsi pasti bukanlah orang yang jujur. Mereka mengambil uang yang bukan haknya dengan cara suap, sogok, pungli, mark-up dana pembangunan, menilep uang kas negara, mengambil uang dan mengemplang pajak, memanipulasi dana APBN dan APBD, money politics, atau menyalahgunakan jabatan dan kekuasaan. Seandainya mereka jujur, takkan terjadi korupsi. Uang dan anggaran aman, pembangunan juga bisa terlaksana sesuai rencana. Itulah yang mendorong para aktivis antikorupsi melakukan gerakan back to fair alias kembali pada sifat dan sikap jujur. 

Berbuat jujur memang butuh perjuangan mental. Lebih gampang mengucapkannya daripada melakukannya. Apalagi di zaman yang serba koruptif sekarang ini, godaannya begitu kuat. Orang jujur mungkin terasa asing, aneh, dan minoritas. ''Hari gene masih mau jujur?'' begitu ada yang meledeknya. Bahkan ada pula yang menyebarkan ungkapan misalnya: ''Orang yang jujur tidak dapat tempat'', ''Orang jujur pasti hancur'', atau ''Mencari yang haram saja susah, apalagi yang halal.'' Pernyatan-pernyataan ini seolah bijak, padahal sesat.

Nah, dengan pemasangan spanduk besar bertuliskan "Berani Jujur Hebat!'' itu diharapkan dapat mempengaruhi psikologis para pejabat negara agar tidak curang dalam melaksanakan tugas-tugasnya. ''Sengaja spanduk itu kami pasang di Markas Polisi. Ini komitmen kami dalam memberantas korupsi. Kami berharap aparat kepolisian tergugah, bahkan tersentuh; mereka merasa malu jika sampai melakukan ketidakjujuran atau korupsi. Jadi, berbuatlah yang jujur,'' tutur seorang petinggi Polri.   

Bila perlu tidak hanya dalam bentuk spanduk, tapi slogan BERANI JUJUR HEBAT! itu harus masuk ke ruang-ruang kerja para pejabat dan birokrat dari tingkat pusat hingga daerah. Misalnya, bingkailah slogan tersebut lalu pasang di atas meja kerjanya atau di tembok dan bahkan depan pintu kamar kerjanya, sehingga mereka selalu ingat akan pentingnya kejujuran dan selalu ingin berbuat jujur. 

Kita percaya bahwa kata-kata dapat mengubah pikiran, sikap dan tindakan seseorang. Maka, semoga saja spanduk raksasa bertuliskan BERANI JUJUR HEBAT! itu tidak berhenti sebagai spanduk dan slogan belaka, tapi mewujud pada tindakan nyata....

Pos Pengumben, 10 Desember 2012
ZHM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar