Sabtu, 02 Agustus 2014

515 Itu Nyawa!

Hidup yang berharga adalah hidup
yang menghidupkan orang lain
--Albert Einstein, ilmuwan (1879-1955)


515 ORANG MENINGGAL DI PERJALANAN
Begitu judul headline sebuah koran nasional edisi Minggu, 3 Agustus 2014. Mereka yang meninggal itu adalah korban-korban kecelakaan lalulintas selama musim mudik Lebaran tahun ini. Meski bukan mati secara serentak, tapi jumlahnya sangat banyak, bahkan mungkin yang terbesar sepanjang sejarah mudik.

Jika dirinci, ada 2.196 kendaraan yang terlibat tabrakan, meliputi: 2.743 sepeda motor, 435 mobil pribadi, 300 bus, dan 337 mobil angkutan barang. Jumlah korban meninggal di darat 490 orang dan di lautan sebanyak 25 orang. Korban-korban selain meninggal dunia, juga sebanyak 757 orang mengalami luka berat dan sebanyak 2.859 luka ringan.

Mengapa musibah tersebut tidak heboh? Mengapa tidak jadi trending topic di sosmed seperti Twitter atau Facebook? Padahal jika sebuah pesawat jatuh dan menelan korban misalnya 20 orang saja, masyarakat sudah gempar. Begitupun jika misalnya kereta api tabrakan dan menimbulkan korban nyawa 80 penumpang, langsung jadi ’top news’ dan pergunjingan orang se-Indonesia, malah bisa seminggu lamanya.

Boleh jadi, saat ini publik memang sedang disibukkan pada urusan masing-masing. Terutama ya urusan mudik dan Lebaran itu. Meski mereka tetap menyimak berita, tapi tak sefokus hari-hari biasanya. Jumlah korban tewas itu juga merupakan akumulasi dari banyak kejadian terpisah-pisah. Sehingga, tiap-tiap kejadian bukanlah berita besar yang menghebohkan. Alhasil, berita korban mudik kurang menarik perhatian orang.

Bisa jadi pula, masyarakat sedang letih setelah ’’perang komentar’’ selama berlangsungnya Pilpres sebulan penuh. Mereka capek. Mereka ingin istirahat dari perang opini yang nyaris tanpa ujung itu. Mereka lebih memilih diam (sambil tetap memperhatikan lingkungan sekitar) atau bersilaturrahmi dengan keluarga, tetangga, dan teman. Maka boleh jadi mereka kurang memperhatikan para pemudik yang bernasib malang, menjadi korban kecelakaan.

Namun jangan lupa: 515 bukanlah angka belaka, itu nyawa manusia! Jumlah itu juga tidak kecil. Tidak boleh dipandang remeh. Kita harus tetap prihatin, bahkan boleh bersedih, karena ternyata banyak saudara kita yang hendak berlebaran di kampung halaman harus kehilangan nyawa di tengah jalan. Mereka yang sejatinya akan menemui keluarga atau saudara, justru berpisah untuk selama-lamanya, sebelum bertemu muka.  

Hari Raya Idul Fitri yang sejatinya bisa dirayakan dengan penuh sukacita dan kegembiraan, terpaksa harus dialami dengan penuh duka dan linangan air mata. Ada banyak saudara kita yang kehilangan orang-orang yang sangat dicintainya itu, di hari Lebaran. Bayangkan, betapa sedihnya....  Kalau sudah tiada, baru terasa. Bahwa kehadirannya sungguh berharga....  

Karena itu, musim mudik Lebaran tahun ini harus menjadi catatan kritis bagi pemerintah yang memberikan layanan publik. Kualitas layanan yang rendah ditengarai menjadi akar penyebab musibah. Terutama jalanan yang rusak seperti berlubang-lubang dan retak, mengakibatkan banyak kendaraan mengalami kecelakaan. Seperti sudah jadi tradisi tahunan, jalan-jalan terutama di Pulau Jawa baru diperbaiki menjelang Lebaran. Waktunya mepet, sehingga perbaikan belum kelar, arus mudik sudah dimulai.

Proyek perbaikan jalan bagi para pemudik sepertinya tidak terencana dengan matang. Terkesan sebagai proyek dadakan. Dan anehnya, itu terjadi setiap menjelang Lebaran, bahkan sudah berlangsung puluhan tahun lamanya. Makanya, perbaikan jalan jalur mudik itu kerap jadi bahan olok-olokan sebagai ”proyek pembangunan terlama di dunia.”

Namun begitu, tidak fair juga bila musibah itu sepenuhnya ditumpahkan kepada pihak pemerintah. Masyarakat, khususnya para pemudik, juga harus terus-menerus diingatkan tentang kesadaran berlalulintas yang aman dan nyaman, terutama di saat sedang mudik ke kampung. Bertemu orangtua atau saudara di kampung halaman memang penting, tapi menjaga keselamatan nyawa di jalan raya jauh lebih penting. Karena itu, di tahun-tahun mendatang, gerakan ”mudik yang aman dan selamat sampai tujuan” harus digalakkan. Agar korban nyawa bisa dicegah atau diminimalisir.
Sekian. Selamat Lebaran.

Kebon Jeruk, 3 Agustus 2014
ZHM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar