Sabtu, 09 Agustus 2014

Patung Presiden

Menjadi presiden seperti berjalan di atas kuburan;
ada banyak orang di bawahmu, tapi tak ada orang yang mendengarkan
--Bill Clinton, Presiden ke-42 Amerika Serikat


INI kabar baru yang, mungkin sekali, belum semua orang Indonesia tahu. Di kompleks Istana Bogor telah dibangun Balai Kirti, museum penghormatan dan penghargaan bagi presiden RI. Di situ nantinya bakal terpajang enam patung presiden yang pernah berkuasa: Sukarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati, dan SBY.
Patung presiden? Ya, betul. Rasanya cukup menarik untuk diperbincangkan. Bukankah selama ini – dalam ukuran besar – cuma ada patung Presiden Sukarno? Letaknya di Jl Proklamasi, Jakarta Pusat. Patung itu bernama Tugu Proklamasi, yang oleh kaum muda sering disingkat Tupok.
Tupok kini sudah menjadi ikon penting sejarah bangsa dan rakyat Indonesia. Tempat ini kerap dipakai untuk berbagai hajatan politik, dari aksi demonstrasi, orasi, deklarasi, kampanye, hingga perayaan dan pidato kemenangan calon presiden.

Kita tidak tahu, apakah patung-patung presiden di Balai Kirti nanti bakal mendapat perlakuan yang sama dengan Tupok. Kemungkinan besar tidak, sebagaimana perlakuan rakyat Indonesia berbeda-beda terhadap setiap presidennya. Tupok menjadi sangat populer karena ada patung Bung Karno, presiden pertama Indonesia yang sekaligus juga Proklamator RI.

Yang pasti, keenam patung presiden Indonesia itu kini tengah digarap oleh sejumlah seniman di studio milik Yusman, di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Targetnya selesai akhir Agustus 2014, sehingga dapat dipamerkan saat peresmian Balai Kirti, September mendatang.

Dengan dibuatnya patung-patung presiden itu, maka rakyat Indonesia dapat mengenang presidennya tidak hanya lewat foto-foto yang selama ini  termuat dalam buku sejarah maupun terbingkai dan tergantung di dinding-dinding sekolah atau tembok kantor. Hanya saja, keenam patung RI-1 itu cuma terdapat di Balai Kirti.  Tak ada dan tak tersebar di tempat-tempat lain. Kecuali jika kelak dibuat buat lagi, atau minimal duplikatnya.

Keenam patung presiden itu juga merupakan bentuk penghargaan bangsa ini terhadap presidennya. Memang, mereka memiliki sejarah kekuasaan yang berbeda-beda. Ada yang lama, ada pula yang sebentar saja. Ada yang dipuja, ada juga yang dicaci maki. Bahkan ada yang dipaksa lengser dengan kekuatan people power 

Patung-patung presiden itu mengingatkan kita dan generasi mendatang bahwa mereka pernah berkuasa dan memimpin Indonesia. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, mereka pernah mengabdi bagi bangsa dan rakyat ini. Tak sepantasnya untuk dilupakan sama sekali. Sebagaimana diingatkan oleh Bung Karno, ’’Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya,’’ termasuk mengenang presidennya.

Biarlah patung keenam presiden Indonesia itu dibuat dan dipajang di Balai Kirti. Tak perlu menjadi kontroversi yang hanya membuang-buang waktu dan energi. Lagi pula patung-patung presiden itu tidak merugikan bangsa ini, baik secara material maupun moral. Banyak nilai positifnya daripada negatifnya. Minimal untuk mengingat mereka, sebab Indonesia dikenal sebagai bangsa pelupa.

Untuk mengenang mereka juga tidak apa-apa. Terutama bagi presiden yang telah tiada. Tiap-tiap bangsa punya memori dan kenangan tersendiri terhadap sejarah dan orang-orang yang pernah memimpinnya. Kata penyair Chairil Anwar: kenang, kenanglah kami / yang kini terbaring tinggal tulang tulang diliputi debu....

Batavia, 10 Agustus 2014
ZHM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar