Rabu, 15 Maret 2017

Sampeyan Kangen Orba?

Dalam politik, kebencian bersama
hampir selalu menjadi dasar persahabatan
---ALEXE DE TOCQUEVILLE, Politisi Prancis


PIYE KABARE? PENAK ZAMANKU TOH? Banyak orang mungkin sudah sering membaca bahkan hafal dengan kalimat tersebut. Ya, tak salah lagi, itu adalah kata-kata yang tertulis pada meme Soeharto. Kata-kata itu seolah diucapkan Soeharto. Kurang lebih artinya: ’’Apa kabarmu? Enakan hidup di zamanku toh?’’ Meme tersebut beredar luas di media sosial, dan sejak lama muncul di belakang badan mobil truk serta tembok-tembok pinggiran jalan.

Siapa yang membuat? Tak jelas benar. Mungkin anak- anak muda yang iseng, mungkin pula politisi yang hendak bikin sensasi. Yang pasti, meme tersebut ditafsirkan sebagai ungkapan bahwa banyak orang (rakyat?) kini merindukan hidup seperti zaman Orde Baru dulu, tatkala Soeharto menjadi Presiden selama hampir 32 tahun lamanya.  Konon mereka kini merasakan hidup lebih sulit dibanding zaman Orba dulu.  Sekarang dikatakan apa-apa serba susah: pekerjaan susah, cari duit susah, keamanan susah, dan sebagainya.

Benarkah hidup di zaman Orba lebih enak daripada zaman sekarang? 

Eit, siapa bilang?

Barangkali, itu cuma dialami oleh para pejabat yang pernah dekat dan sehaluan politik dengan Soeharto. Mereka mengatakan begitu, hanya ingin bernostalgia tentang kedigdayaan Dinasti Cendana. Bila perlu, mereka ingin membangkitkan lagi pola-pola perpolitikan sekaligus kehidupan ala Rezim Soeharto. Tak heran bila mereka mendapat serangan politik dari lawan-lawannya, dan dinilai sebagai upaya menghidupkan kembali roh politik Orba.

Realitasnya, memang masih banyak politisi pro Soeharto yang kini juga ’bermain’ di tingkat elit maupun grasroot. Mereka ada di partai politik dan berbagai lapisan sosial. Kapan saja, bila ada kesempatan, mereka memunculkan diri dan mengibarkan bendera Orba. Tegasnya, Orba belum sepenuhnya mati, walau Soeharto sudah lama tiada dan telah direduksi oleh gerakan reformasi. Anasir Orba masih ada di mana-mana, menyusup ke mana-mana, ibarat musuh dalam selimut.

Apalagi salah seorang dari Dinasti Soeharto, kini kembali aktif di ranah politik. Meski tidak lewat partai politik  secara resmi, tampilnya Tommy Soeharto di berbagai kesempatan belakangan ini mengindikasikan bakal come back-nya Orde Baru. Seakan sang pangeran Cendana itu hendak mengobati kekangenan banyak orang yang ingin hidup seperti zaman Orde Baru.

Bagi kalangan muda, yang tak pernah mengalami kehidupan di masa Orba, mungkin saja tergiur oleh godaan itu. Atau, bagi para politisi oportunistik, akan menyambutnya dengan senyum dan gembira. Padahal, faktanya, kehidupan sosial-politik di zaman Orba tidak lebih baik daripada sekarang. Dalam banyak hal, mungkin sekali jauh lebih buruk ketimbang masa kini.
Kalau Anda merasa kangen terhadap kehidupan zaman Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto, berarti Anda sedang menginginkan kembalinya suatu masa di mana:
·       Seorang Presiden berkuasa dengan sangat otoriter
·       Tak ada demokrasi karena partai politik dibatasi hanya tiga saja
·       Mereka yang kritis terhadap pemerintah akan dibungkam
·       Mahasiswa yang kritis akan ditangkapi dan diadili
·       Aktivis pro demokrasi yang berani akan diculik dan tak ketahuan lagi rimbanya
·       Ulama-ulama yang kritis pun akan diincar dan terancam ditangkapi
·       Keadilan hukum hanya milik pejabat tinggi dan orang-orang berduit
·       Pejabat yang korupsi dibiarkan selama itu memberi keuntungan bagi penguasa
·       Tanah rakyat direbut penguasa tanpa ganti rugi yang kayak
·       Pejabat hidup mewah, rakyat kelaparan dan terpaksa makan bangkai kucingnya
·       Dan banyak lagi kenyataan pahit lainnya yang tak muat bila ditampilkan di sini

Apakah Anda mau kembali hidup di zaman seperti itu? Hidup dalam ketidakbebasan, meski negara sudah lama merdeka.  Hidup dalam ketakutan, walau aparat keamanan siaga di mana-mana. Hidup saling curiga, karena tidak ada keterbukaan dalam banyak hal. Itulah hidup di zaman Orba!

Karena itu, bila ada orang mengatakan hidup di zaman Orde Baru lebih baik dan lebih enak daripada zaman sekarang, berarti dia tidak pernah mengalami hidup di era Orde Baru. Ia benar-benar buta dan mendustakan diri sendiri.  Kalau ia tetap ngotot memuji era Orba, mungkin sekali ia sedang mencari posisi, atau sesuap nasi….***  


Batavia, 15 Maret 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar