Sabtu, 24 November 2012

Belajar Jujur dari Seorang Sopir Taksi

Kejujuran adalah mata uang
yang berlaku di mana-mana
--Pepatah Klasik

MISALKAN saja ada sebuah tas berisi uang Rp 100 juta tergeletak di pinggir jalan. Saya yakin, hampir semua orang tentu tergoda untuk mengambilnya. Jangankan uang sebanyak itu, satu juta rupiah pun barangkali orang tergiur untuk membawanya pulang. Tak peduli uang itu milik siapa. Buru-buru dikantongi dan dianggap rezeki nomplok yang jatuh dari langit. 

Nah, di Singapura, belum lama ini seorang sopir taksi bernama Sia Ka Tian menemukan uang berkali-kali lipat dari jumlah itu.  Di dalam taksinya ia menemukan uang 1,1 juta dolar Singapura atau sekitar Rp 8,6 miliar yang ditinggalkan oleh sepasang turis yang sedang berwisata. Sang sopir sangat terkejut, namun tak terlintas dalam pikirannya untuk mengambilnya. Ia justru mengembalikan uang tersebut ke pangkalan taksi. ''Saya tidak ingin menggunakan uang itu, uang itu bukan milik saya,'' katanya seperti dikutip harian The Straits Times

Pasangan turis yang kehilangan uangnya itu kemudian menghubungi perusahaan taksi yang baru saja digunakannya. Sia Ka Tian (berusia 70 tahun)  pun mengembalikan uang itu kepada pemiliknya. Ia mendapat imbalan sebagai tanda terimakasih dari pemilik uang tersebut. Perusahaan taksi yang mempekerjakannya sangat bangga terhadapnya.

Orang seperti Sia Ka Tian tentu langka. Mungkin hanya ada satu di antara sejuta di dunia. Itulah contoh paling jelas tentang orang yang berperilaku jujur. Ia tidak mau mengambil sesuatu yang bukan miliknya. Walaupun ada kesempatan dan tidak ada orang lain melihatnya, ia lebih memilih mengembalikannya kepada yang berhak. Sia Ka Tian percaya Tuhan tidak tidur dan senantiasa melihatnya. Acungan seribu jempol untuk sopir taksi terjujur itu.

Ya, kejujuran di zaman sekarang memang sudah amat langka dan mahal. Jika dikalkulasi, mungkin jauh lebih banyak orang yang tidak jujur, dan barangkali kita termasuk dalam golongan ini. Ketidakjujuranlah yang mengakibatkan ketimpangan sosial dan terjadinya berbagai ketidakadilan di berbagai sektor kehidupan. Contoh paling faktual adalah maraknya kasus korupsi di banyak negara terutama Indonesia. Akibat banyak pejabat birokrat, penguasa dan pengusaha yang tidak jujur, korupsi pun tumbuh subur. Kalau saja mereka jujur, takkan mungkin kasus korupsi bisa separah saat ini. Semua hal dikorupsi. Setiap ganti penguasa, berganti pula pelaku dan modus korupsinya. Satu korupsi terbongkar, seribu korupsi lainnya bermunculan. Sungguh parah, sebab korupsi berlangsung hampir sepanjang sejarah...

Karena itu, gerakan penanaman nilai-nilai kejujuran patut didukung penuh. Misalnya yang digagas sejumlah sekolah (SMP dan SMA) dengan membuka ''Kantin Kejujuran''. Kantin yang berada di lingkungan sekolah ini menjual makanan dan minuman serta alat tulis kebutuhan murid. Tapi kantin ini tanpa pelayan dan penjaga. Tak ada petugas atau kasirnya. Setiap murid melayani diri sendiri (swalayan) dari sejak membeli barang, membayar dan mengambil uang kembalian. Bisa saja misalnya murid membeli makanan tapi tidak dibayarnya. Toh tak ada pelayan dan penjaga kantin. Tapi di situlah dia diuji: bisa jujur atau curang. Kantin Kejujuran melatih murid-murid berperilaku jujur.

Seandainya kantin semacam itu juga ada di kantor-kantor walikota, kantor bupati, kantor gubernur, kantor menteri, kantor presiden serta kantor-kantor swasta, maka bisa dijadikan sarana untuk melatih kejujuran para pegawai dan terutama pejabat. Bisakah dan beranikah mereka berlaku jujur? Jika bisa, maka begitulah juga seharusnya mereka dalam mengelola uang negara/uang rakyat lewat Pajak, APBD dan APBN. Sehingga tidak ada kecurangan yang mengakibatkan bocornya uang kas negara. Tak ada lagi yang mengambil sesuatu yang bukan miliknya.

Banyak orang sering berkata, ''mencari yang haram saja susah, apalagi yang halal'' dan ''yang jujur pasti hancur.'' Faktanya, rezeki yang halal mudah dicari dan orang jujur tetap berjaya. Di belahan muka bumi mana pun orang jujur lebih terhormat dan mulia. Di zaman yang serba curang ini, kejujuran menjadi langka tetapi mahal harganya. Bahkan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) sedang gencar mengkampanyekan semangat kejujuran di kalangan masyarakat dengan menyebarkan stiker dan pamflet ber-tagline: ''Jujur Itu Hebat!''.

Jika Anda mau dan berperilaku jujur, maka Anda adalah orang yang hebat!

Pos Pengumben, 25 November 2012
ZHM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar