Minggu, 18 November 2012

Tampang & Gaya Presiden


VANITAS VANITATUM ET OMNIA VANITAS 
Kesombongan adalah sia-sia dan semuanya adalah kesia-siaan
--Wisdom Romawi


SIAPA bilang seorang presiden tidak boleh bergaya nyeleneh. Barack Obama misalnya, pada 17 November 2012, justru berani tampil dengan gaya ''alay''-nya. Dia berfoto bareng dengan seorang wanita atlet senam olimpiade, dengan mulut dimonyong-monyongkan, persis gaya wanita ABG zaman sekarang. Sedikit pun dia tidak risih atau malu, malah seakan menikmati gaya gaul itu. Tentu saja sang atlet merasa surprise sekaligus bahagia karena sang Presiden Amerika mau melakukan hal yang tidak diduga-duganya itu. Foto unik tersebut kini sudah mendunia karena diunggah ke dunia maya hingga tersebar luas terutama lewat media jejaring sosial seperti twitter, facebook dan BBM.

Tingkah Obama itu menarik. Seorang presiden negeri adidaya, ternyata tidak mau menjaga citra dirinya secara berlebihan. Dia berani tampil alamiah, apa adanya, tak perlu dipoles-poles atau direkayasa, sehingga kelihatan sebagai pemimpin paling berwibawa. Sementara, banyak kepala negara -- termasuk kalangan pejabat tinggi --  lebih sibuk menjaga menampilan diri. Mereka cenderung jaim alias jaga imej. Berbagai cara dilakukan agar tampak terhormat dan mempesona. Padahal, tak lebih sebagai trik atau dalam istilah sekarang, ''pencitraan.''

Lain Amerika, lain pula Indonesia. Lain Obama, lain pula dengan para presiden kita. Presiden RI pertama Bung Karno misalnya, walau tampak galak dan pidatonya selalu berapi-api, masih suka berkelakar atau membanyol saat berjumpa orang biasa. Dia amat familiar dengan rakyat kecil dari petani, sopir, maupun pembantu rumah tangga. Lihat saja foto-fotonya dalam buku ataupun dokumen sejarah. Banyak foto Bung Karno yang mengekspresikan keceriaan bersama rakyat. Dia tampak tertawa lebar bahkan terpingkal-pingkal. 

Kemudian Soeharto, walau terkenal angker sebagai penguasa Orde Baru hampir 32 tahun lamanya, selalu memberikan senyuman bagi tamu-tamunya di Istana Negara. Bahkan hampir kepada semua orang yang menyapanya, termasuk para petani yang tergabung dalam Kelompencapir, Soeharto menebarkan senyumnya. Dia memang dikenal sebagai tentara yang murah senyum, hingga berjuluk The Smiling General dan julukan ini popular di dunia internasional. Itulah ciri khas Soeharto.

Presiden BJ Habibie lain lagi. Ia memang sangat serius saat berbicara. Apalagi bila pembicaraan menyangkut ilmu, ekonomi dan teknologi, matanya sampai melotot. Yang unik dari presiden Habibie adalah: posisi pecinya miring! Ya, coba perhatikan bagaimana peci hitam yang dipakainya, begitu jelas tidak tegak lurus alias miring. Entah apakah itu disadari oleh penata riasnya, atau memang begitulah gayanya Habibie. Toh, ia tak pernah risih dengan posisi pecinya yang miring itu. Baginya, the show must go on.

Presiden Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) jauh lebih unik lagi. Ketika memimpin sidang kabinet atau menerima tamu negara di istana, Gus Dur pun tampak santai saja. Dibiarkan kepalanya miring ke kiri dan sesekali jari-jemari tangannya digerakkan. Dalam situasi tertentu bahkan Gus Dur menyelipkan pembicaraannya dengan guyonan khasnya, sehingga lawan bicaranya ikut senyum dan tertawa. ''Gitu aja kok repot,'' ungkapan itulah yang jadi filosofi hidupnya. Gus Dur-lah pula yang membuat kesan Istana Negara menjadi tidak ketat dan tidak angker lagi. Di masa kekuasaannya, pers bebas meliput di istana. Bahkan saat lengser, Gus Dur pun keluar istana hanya memakai t-shirt dan celana pendek. Lucu ya?

Tidak demikian dengan Megawati. Walau dia anak Bung Karno, tapi pembawaannya sangat borjuis. Memang sesekali dia tersenyum tetapi jauh lebih sering diam dan kadang wajahnya cemberut bila ada sesuatu yang tak disukainya. Selama menjadi Presiden, hampir tak pernah terdengar atau terlihat Mega misalnya berkelakar dengan para menteri, atau kepada orang-orang biasa yang menemuinya. Sepertinya ada jarak pemisah antara dirinya dengan konstituen atau para pendukungnya. Tidak sefamiliar ayahnya. 

Kurang lebih sama dengan Presiden SBY. Bahkan presiden yang satu ini terkesan amat serius sebagai kepala negara. SBY memang gagah dan ganteng. Tapi sesekali saja dia tersenyum, selebihnya selalu serius terutama saat menyampaikan pidato-pidatonya yang panjang dan ditandai dengan gerak-gerik kedua tangannya. SBY bahkan mudah marah dan langsung menegur orang lain. Misalnya, dia marah tatkala ada pejabat, bupati, bahkan anak sekolah tertidur di ruangan saat dia menyampaikan pidatonya. Entah kenapa begitu. Padahal SBY cukup pintar membuat lagu dan sudah membuat album pula. Tapi jiwa senimannya -- yang lazim dengan gaya nyeleneh -- tak pernah muncul. Ia terkesan selalu jaim-jaga imej. Banyak orang bisa berada dekat dan dalam lingkaran SBY, namun boleh jadi mereka merasa tetap berjarak dengan sang Presiden.

Tentu saja tiap-tiap presiden punya karakter (termasuk tampang dan gaya) yang berbeda-beda dan tidak mungkin harus disamakan. Tapi, jabatan presiden bukanlah segala-galanya, bukan sesuatu yang harus disakralkan atau dikultuskan,  hingga mengecilkan bahkan menyepelekan keberadaan orang-orang lain di bawahnya.  

Obama bisa melakukan ke-"alay"-an tanpa harus kehilangan wibawanya sebagai Presiden. Dia bisa nyeleneh tanpa merendahkan status dan harga dirinya. Bahkan yang diajak nyeleneh malah senang karena merasa dihargai dan dipedulikan oleh  pemimpinnya. Sekali waktu Obama juga berjoget ala Gangnam Style atau memeluk erat istrinya di depan orang banyak. Ini masalah gaya komunikasi politik saja. Obama pintar menggunakan komunikasi politik kekinian, yang akrab dengan perkembangan zaman terutama yang dimaui dan disukai kalangan muda. ***

Kebon Jeruk, 19 November 2012
ZHM




Tidak ada komentar:

Posting Komentar